Skip to main content

Keripik Setan van Perum 3

Pedas, menurut pustakawan jejaklidah, bukanlah segolongan rasa, tetapi ia merupakan sebuah sensasi yang ditimbulkan oleh zat pedas pada cabai. Hal ini dapat dianalogikan dengan makanan dengan suhu panas atau dingin. Jadi rasa pedas itu bukan terjadi pada salah satu indra khusus pedas di lidah, tetapi semua permukaan lidah dapat mengalami sensasi pedas ini.

Nah, jejaklidah punya saran bagi mereka yang ingin ber eksperimen sendiri dengan makanan pedas, untuk membuktikan kebenaran paparan pustakawan jejaklidah tersebut diatas. Sarannya adalah, cobalah dua bungkus keripik perum3, yang harga per bungkusnya Rp. 500 saja. Mengapa hanya dua bungkus? ” Kalau lebih dari dua bungkus, lidah bisa kebas!” terang pak haji yang ditemui jejaklidah di rumah produksinya di perumnas 3 bekasi. ”Berhenti dulu, lalu 15 menit kemudian boleh nambah lagi dua bungkus!” lanjut pak Haji sambil tersenyum. Jejaklidah manggut-manggut mendengarkan tips cara makan kripik pedas perum3 ini, langsung dari pembuatnya.

Makanan pedas ini dulunya lebih terkenal di kalangan siswa sekolah. Maklum, usaha rumahan dari pensiunan Bea Cukai ini, memang dirintis dari memasok sekolah-sekolah di seputaran Perumnas 3. ”Tak kurang dari 13 sekolah yang menjadi pelanggan tetap kita di awal produksi” kenang Pak haji. Dari merekalah, banyak masukan untuk meningkatkan taraf kepedasan kripik singkong buatan mereka. Jadilah Pak haji meramu 10 kg cabe rawit merah yang mereka beli langsung dari pasar Cikarang, sehingga menjadi 3 ons bumbu kripik pedas saja. Selanjutnya, resep ini menjadi patokan dalam pengolahan rasa pedas sampai saat ini, dan mampu menjadi referensi para penikmat pedas sejati di seputaran Bekasi.

Sementara itu, pustakawan jejaklidah mengajukan teori baru tentang pembagian daerah rasa yang dianggapnya sudah kuno. Menurutnya, berbagai penelitian terbaru menyatakan bahwa sebenarnya semua bagian lidah bisa merasakan semua rasa. Sepertinya informasi ini sejalan dengan strategi pasar yang diambil pak haji dalam memasarkan kripik perum3. Sadar bahwa keripik ini bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, tidak hanya di 13 sekolah tersebut, maka Pak haji menggunakan sistem keagenan. Menunjuk sebuah agen di pasar bekasi, untuk menjadi penerima tetap hasil produksi kripik perum3, sehingga konsumen dapat membelinya dengan lebih mudah di pasar. Mata rantai distribusi yang dipanjangkan, dengan harapan wilayah penjualan semakin meluas. Strategi ini terbukti jitu, karena kripik perum 3 berhasil melakukan penetrasi pasar yang cukup signifikan, menjangkau hampir ke empat penjuru mata angin di kawasan bekasi.

Sampai saat ini, Kripik Perum3 diproduksi dengan menggunakan sistem padat karya. Kripik singkongnya dipesan dari sebuah pabrik produksi kripik singkong goreng, dengan tingkat ketebalan yang telah disepakati. Sementara pembuatan bumbu, masih menjadi hak prerogatif dari Pak haji untuk meramunya, mulai dari pemilihan cabe rawit, pembelian, penjemuran, sampai ke pengolahan sehingga menghasilkan bumbu bubuk. Yang menarik, adalah dalam proses pengemasan. ”Ada lebih kurang 30 rumah tangga di sekitar rumah yang berperan dalam proses pengemasan” terang Pak Haji. Mereka ini adalah para tetangga yang sebelumnya telah diberikan pelatihan, dan kemudian juga mendapat peralatan pengepres dari Pak Haji. Setiap harinya, mereka cukup mengambil plastik, label, satu ball keripik singkong matang, dan bumbu, untuk dibawa ke rumah. Di rumah mereka masing2, proses pengemasan dilakukan, untuk kemudian keesokan harinya, atau setelah semua dikemas rapi dalam plastik, dikembalikan lagi ke rumah pak haji.

Usaha kripik pedas ini pada awalnya merupakan buah kegalauan masa pensiun Pak Haji. Empat putra-putri yang berjauhan dengan masalah masing-masing, sementara Pak Haji sendiri tidak memperoleh pensiun, membuatnya memutar otak lebih cepat. Pesangon dari kantor rupanya lebih dahulu digunakannya untuk menunaikan rukun islam ke lima, selain untuk berdo’a. Di hajar aswad, Pak haji memohon kepada-Nya, untuk diberikan rezeki dari usaha yang jauh berbeda dari pekerjaannya yang terdahulu. Pulang dari tanah suci, kegalauan itu masih belum terjawab. Namun selintas ide untuk membuat makan kecil dalam plastik untuk dijual ke sekolah-sekolah, membersitkan asa untuk mencari jawaban dari permohonannya. ”Rupanya inilah jawaban Nya” ucap pak Haji bersyukur. Dari usahanya ini, kini Pak haji bisa meraup penghasilan bersih 3 juta per minggunya. Kripik pedasnya juga sudah mampu membelikannya sebuah rumah lagi, dan mobil untuk operasional. Saat ini, kripik pedas Perum 3 sedang memasuki masa menunggu untuk terbitnya hak paten dari departemen kehakiman.

Ibarat pohon nyiur, yang semakin tinggi, sapuan angin lebih kencang menerjang, demikianlah lika-liku kripik perum3. Seorang sales kepercayaan pak haji belakangan melarikan diri dan malah memuat sendiri kripik pedasnya, namun tetap dengan label perum3. Belum lagi tetangga yang melihat keberhasilan Pak haji lantas berusaha membuat saingan kripik Perum3. ”Bahkan mereka sampai menyewa koki lho, untuk menyelidiki ramuan bumbu kami” gelak Pak haji. Produksi kripik singkong Perum3 juga menjadi ancaman bagi beberapa produk kripik singkong lain. Malah, sebuah produsen kripik pedas asal bandung, rela melakukan bom pasar produknya, untuk membendung laju ekspansi kripik pedas Perum3. Duh, sampai sebegitunya bisnis pedas ini ya?

Menikmati kripik singkong pedas Perum3, juga ada gayanya. Tapi yang paling membuat Pak Haji terharu adalah ketika di sore hari, tiba-tiba segerombol siswa berseragam sekolah dengan motor, bertandang ke rumah, sekedar membeli kripik barang Rp. 3000,-. ”Ongkos bensin mereka untuk mencapai rumah saya jauh lebih mahal daripada nilai kripik yang sedang mereka beli” tukas pak haji sambil terharu. Sungguh, sebuah fanatisme yang terbentuk gara-gara jejak pedas di lidah yang tak kan pernah bisa lepas dari benak.

Kripik Pedas Perum3
021-8812219

Comments

  1. please saya minta alamatnya, sudah nyari keripik ini kemana mana masih ga dapet juga, kangen rasa bumbunyaaaaa

    ReplyDelete
  2. Wkt sekolah d bekasi sering bgt bli kripik ini.
    Skrg sudah 10 thn pindah k bndung dan skrg lagi ngidam pengen kripik perum 3
    Tolong d jual online

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum
    Lokasi perumnas 3 nya d jalan apa ya?
    No tlf yg tertera d atas tdk bisa d hubungi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pastel daeng dan Tahu Fantasi bersaudara

Orang Bekasi, sejatinya sebagian besar berkomposisi pendatang. Salah satunya, pendatang dari makassar, yang kemudian menyediakan jajanan khas dari bumi Hasanuddin itu. Jelas ini keuntungan buat warga bekasi, karena tidak perlu jauh-jauh melancong ke pulau seberang sekedar menjelajah lidah, cukup di sekitar rumah saja. Bertolak dari bulan puasa tahun 2008 lalu, kala maghrib menjelang dan banyak penghuni kompleks perumahan yang "ngabuburit" sambil berburu penganan berbuka puasa. Tersebutlah pasangan suami istri dan mertua yang asal makassar ini yang menyajikan penganan khas makassar untuk hidangan berbuka puasa. Tak disangka, jejak rasa yang ditinggalkan penganan olahan mereka ini disukai para pembelinya. Pesanan mulai berdatangan, dan peluang ini ditangkap mereka sebagai peluang usaha. Setelah urun rembug, akhirnya mereka berspesialis pada penjualan Pastel ala makassar, yang dikenal di daerah asalnya sebagai ”jalangkote” dengan bandrol baru ” Pastel Daeng ” dan Tahu Fantasi. P

Ada Kulit Jeruk di Pecel Madiun

Eksplorasi pedas jejaklidah kali ini mencoba menjamah sisi tradisional negeri seribu pulau ini. Beberapa tulisan tentang menu sarapan pilihan sebagian besar warga Jawa Timur, pecel, akan coba diulas dalam jelajah lidah melalui blog ini. Penjelajahan dimulai dari satu tempat yang yang dikenal sebagai asal muasalnya makanan ini, walaupun dalam prakteknya, sudah banyak "penyimpangan" yang terjadi (makanya baca sampai tuntas dulu agar tahu). Pecel, rasanya tidak akan mudah dilepaskan dari kata madiun. Maka penjelajahan kali ini menuju langsung ke madiun untuk mencari jawaban pasti atas keberadaan pecel madiun ini. Pecel madiun, menurut Budi Prasetyo, memiliki ciri khas penggunaan turi, kecambah pendek, dan sambel pecel. Selain itu, ciri khas visual yang bisa ditemukan adalah pada cara penyajian yang selalu menggunakan daun pisang, dan cara menuangkan sambel pada racikan nasi dan kulupan. Nasi pecel madiun, mengutamakan kulupan, dan hanya mensyaratkan nasi. "Jadi, pecel madiu