Skip to main content

Jangan Makan Buah Biar Jantungan

Gaya hidup yang tidak sehat, nyaris selalu mengkambinghitamkan arus deras modernisasi. Kekinian dianggap sukses membuat orang memalingkan mata akan arti kesehatan. Salah satu penandanya adalah semakin mudahnya menemukan ragam makanan siap saji dan serba instan lengkap dengan gaya hidup kekinian. Semakin mudah ditemukan dan menjadi pilihan agar selalu terlihat mengikuti aliran jaman. 

Padahal banyak ahli sudah cerewet menyatakan, bahwa makanan siap saji sebaiknya lebih dihindari, karena dapat memperbesar risiko terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya, salah satunya adalah penyumbatan saluran darah yang dapat berujung kepada serangan jantung. Selain berkalori tinggi, makanan siap saji umumnya mengandung kadar garam yang tinggi, dan berpotensi menyebabkan hipertensi. Buntutnya, kolesterol jahat terpicu untuk tumbuh sehingga mencetuskan penyakit jantung.

Penyakit kardiovaskuler tersebut, menurut World Health Federation, adalah biang keladi dari sekira 80 persen kematian dini. Ketika Saat dirinya menghadiri acara World Heart Federation Conference di Meksiko, disampaikan bahwa pentingnya mengurangi karbohidrat sebagai alasan kesehatan, termasuk melindungi kesehatan jantung.

"Karena itu, kurangilah karbohidrat. Tetapi jangan sampai kurang gizi. Protein harus cukup. Buah dan sayur harus cukup, juga susu," tukas Syahlina Zuhal, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI).

"Kita harus makan dengan gizi yang cukup. Terutama buah. Di Inggris, masyarakat sudah dibiasakan mengonsumsi buah 5 kali dalam sehari. Lalu, karbohidrat dikurangi sekali. Misalnya, yang biasanya satu piring besar, sekarang dikurangi jadi setengah piring. Makannya cukup siang," lanjut Syahlina Zuhal, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI), usai konfrensi pers Yayasan Jantung Indonesia di Patio Trattoria & Pizzeria, Melawai, Jakarta Selata, Rabu (9/14/2016).

Bicara buah-buahan, Indonesia,adalah surga tidak kurang dari 329 jenis buah-buahan, baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun introduksi, dapat ditemukan di seluruh penjuru nusantara. Buah-buahan asli Indonesia terdapat 266 jenis yang sebagian besar tumbuh liar di hutan dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan. Dari 266 jenis buah-buahan yang ada, 76% di antaranya termasuk jenis pohon. Dari 62 jenis tanaman buah yang telah dibudidayakan, 18 jenis di antaranya merupakan endemik, dan 4 jenis termasuk langka.

Buah dan sayur, menurut uraian para pakar, memiliki senyawa fitonutrien yang telah terbukti bermanfaat untuk menyehatkan jantung dan membantunya bekerja dengan kuat. Walaupun sejatinya senyawa ini merupakan mekanisme perlindungan pribadi si tumbuhan buah dari kuman, jamur, dan hama pengganggu, namun ketika manusia mengkonsumsi buah, senyawa tersebut dapat membantu tubuh bekerja dengan baik.

Lalu, jikalau kita harus mengkonsumsi buah sebanyak lima kali sehari, mestinya kita tidak perlu harus bingung. Dari buah-buahan asli Indonesia yang tercatat sebanyak 266 jenis saja, selama lebih dari satu setengah bulan kita dapat menikmati beragam jenis buah asli Nusantara. Kekayaan hayati buah-buahan Nusantara itu, mestinya juga ikut dinikmati oleh warga Indonesia. Apalagi jika mengingat manfaatnya yang luar biasa bagi jantung.  

Namun sayangnya, kita sudah terlalu terbiasa untuk tidak mengudap buah. Menurut data Kementerian Pertanian RI tahun 2008, orang Indonesia hanya makan buah 32,67 kg/kapita/tahun. Tahun 2013 silam, Menteri Pertanian kala itu, Suswono memperbaiki angka rata-rata konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia, dengan menyebut 40 kilogram (kg) per kapita per tahun. Jika dibandingkan dengan warga dunia lain, misalnya orang Eropa yang mengonsumsi buah lebih dari 130 kg/kapita/tahun, Indonesia sangat jauh tertinggal. Sementara untuk pemenuhan gizi yang baik menurut standar Badan Pangan Dunia (Food and Agricultural Organization/FAO) konsumsi buah-buahan adalah 65,75 kg per kapita per tahun.

"Rendahnya konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia karena masih rendahnya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Indonesia," ungkap Suswono dalam keterangan tertulisnya kala itu, Senin (20/5/2013).

Padahal, sebagai negeri yang menjadi rumah bagi lebih kurang 266 jenis buah lokal, fitonutien dalam buah itu semestinya tidak harus didapatkan dengan biaya yang tinggi. Kita bisa sebut, apel nusantara, yang pastinya lekat dengan kota Malang, yang notabene produsen buah apel ternama di Nusantara. Menurut satu penelitian, mengonsumsi satu hingga dua apel per hari kemungkinan dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Penelitian tersebut menemukan bahwa apel efektif mengurangi kolesterol jahat dalam tubuh dan membantu mengatur gula darah. Hal ini karena selain mengandung fitonutrien, apel juga mengandung senyawa lain yang baik untuk jantung, yaitu quercetin dan pektin.
Quercetin adalah senyawa yang mampu mencegah peradangan dan asma, serta diduga mampu mencegah kanker. Sedangkan pektin adalah serat larut yang membantu menurunkan tingkat gula darah dan tekanan darah. Walau masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kepastian dampak apel pada jantung, tidak ada salahnya mengonsumsi buah ini.

Jeruk asli Nusantara mempunyai banyak ragam jenis buah tersebut. Sebut saja, Jeruk Keprok Batu 55 (Jawa Timur), Jeruk Keprok SoE (NTT), Jeruk Keprok Brastepu (Sumatera Utara), dan Jeruk Keprok Gayo (Aceh). Buah ini mengandung flavonoid dan karotenoid yang melindungi terhadap stres oksidatif dan penurunan peradangan dalam tubuh, sehingga mencegah penyakit kardiovaskular. Sebuah studi 2011 di “Journal of Epidemiology” menemukan bahwa sering asupan buah jeruk dikaitkan dengan insiden lebih rendah dari penyakit jantung.

Kita belum menyebutkan deretan buah nusantara, misalkan si ratu buah manggis, kedondong, salak, duku, jambu air. Deretan buah yang sudah semakin langka seperti buah rambai, buah manau, buah lahung, buah mundar, buah gitaan, buah bangkinang juga sejatinya menjadi deretan buah nusantara yang memiliki kegunaan memperkuat kinerja jantung.     


Lalu, dengan beragamnya jenis buah nusantara, masihkah kita akan bicara buah itu mahal dan tetap menghindari makan buah? Kalau itu yang anda pilih, selamat, anda sudah bersiap untuk jantungan. 

Comments

Popular posts from this blog

Keripik Setan van Perum 3

Pedas, menurut pustakawan jejaklidah, bukanlah segolongan rasa, tetapi ia merupakan sebuah sensasi yang ditimbulkan oleh zat pedas pada cabai. Hal ini dapat dianalogikan dengan makanan dengan suhu panas atau dingin. Jadi rasa pedas itu bukan terjadi pada salah satu indra khusus pedas di lidah, tetapi semua permukaan lidah dapat mengalami sensasi pedas ini. Nah, jejaklidah punya saran bagi mereka yang ingin ber eksperimen sendiri dengan makanan pedas, untuk membuktikan kebenaran paparan pustakawan jejaklidah tersebut diatas. Sarannya adalah, cobalah dua bungkus keripik perum3, yang harga per bungkusnya Rp. 500 saja. Mengapa hanya dua bungkus? ” Kalau lebih dari dua bungkus, lidah bisa kebas!” terang pak haji yang ditemui jejaklidah di rumah produksinya di perumnas 3 bekasi. ”Berhenti dulu, lalu 15 menit kemudian boleh nambah lagi dua bungkus!” lanjut pak Haji sambil tersenyum. Jejaklidah manggut-manggut mendengarkan tips cara makan kripik pedas perum3 ini, langsung dari pembuatnya. Ma...

Mengecat penuh warna

Kali ini, jejaklidah mengulik rasa yang berbeda. Ceritanya adalah tentang Toko cat terlengkap. Saat ini, pekerjaan mengecat, sudah menjadi pekerjaan yang tidak terlalu merepotkan. Jelas ini berbeda waktu itu pertengahan tahun 60-an, dimana cat yang dijual di pasar bebas, masih berbentuk bubuk yang harus dimasak dulu sebelum dipakai. Lantaran sedikit merepotkan, maka pilihan memberikan warna di dinding rumah, sangat terbatas. Walhasil, warna putih yang diperoleh dari penggunaan kapur, menjadi pilihan saat itu. Sejak masa itu, mewarnai dinding rumah, sudah mengundang manfaat ekonomi. Batang padi yang dibendel menjadi semacam kuas, bukanlah alat yang sedemikian mudahnya bisa dibuat sendiri. Toko perkakas pada masa itu, sudah menyediakan khusus. Satu ikat batang padi yang siap digunakan untuk memoleskan cairan kapur, yang cukup membuat putih dinding rumah, lengkap dengan menyediakan kapur dan ember nya. Jasa memberikan kesan bersih pada dinding, juga sudah ada. Umumnya dalam satu kom...

Ada Kulit Jeruk di Pecel Madiun

Eksplorasi pedas jejaklidah kali ini mencoba menjamah sisi tradisional negeri seribu pulau ini. Beberapa tulisan tentang menu sarapan pilihan sebagian besar warga Jawa Timur, pecel, akan coba diulas dalam jelajah lidah melalui blog ini. Penjelajahan dimulai dari satu tempat yang yang dikenal sebagai asal muasalnya makanan ini, walaupun dalam prakteknya, sudah banyak "penyimpangan" yang terjadi (makanya baca sampai tuntas dulu agar tahu). Pecel, rasanya tidak akan mudah dilepaskan dari kata madiun. Maka penjelajahan kali ini menuju langsung ke madiun untuk mencari jawaban pasti atas keberadaan pecel madiun ini. Pecel madiun, menurut Budi Prasetyo, memiliki ciri khas penggunaan turi, kecambah pendek, dan sambel pecel. Selain itu, ciri khas visual yang bisa ditemukan adalah pada cara penyajian yang selalu menggunakan daun pisang, dan cara menuangkan sambel pada racikan nasi dan kulupan. Nasi pecel madiun, mengutamakan kulupan, dan hanya mensyaratkan nasi. "Jadi, pecel madiu...