Skip to main content

Posts

Mengecat penuh warna

Kali ini, jejaklidah mengulik rasa yang berbeda. Ceritanya adalah tentang Toko cat terlengkap. Saat ini, pekerjaan mengecat, sudah menjadi pekerjaan yang tidak terlalu merepotkan. Jelas ini berbeda waktu itu pertengahan tahun 60-an, dimana cat yang dijual di pasar bebas, masih berbentuk bubuk yang harus dimasak dulu sebelum dipakai. Lantaran sedikit merepotkan, maka pilihan memberikan warna di dinding rumah, sangat terbatas. Walhasil, warna putih yang diperoleh dari penggunaan kapur, menjadi pilihan saat itu. Sejak masa itu, mewarnai dinding rumah, sudah mengundang manfaat ekonomi. Batang padi yang dibendel menjadi semacam kuas, bukanlah alat yang sedemikian mudahnya bisa dibuat sendiri. Toko perkakas pada masa itu, sudah menyediakan khusus. Satu ikat batang padi yang siap digunakan untuk memoleskan cairan kapur, yang cukup membuat putih dinding rumah, lengkap dengan menyediakan kapur dan ember nya. Jasa memberikan kesan bersih pada dinding, juga sudah ada. Umumnya dalam satu kom
Recent posts

Jangan Makan Buah Biar Jantungan

Gaya hidup yang tidak sehat, nyaris selalu mengkambinghitamkan arus deras modernisasi. Kekinian dianggap sukses membuat orang memalingkan mata akan arti kesehatan. Salah satu penandanya adalah semakin mudahnya menemukan ragam makanan siap saji dan serba instan lengkap dengan gaya hidup kekinian. Semakin mudah ditemukan dan menjadi pilihan agar selalu terlihat mengikuti aliran jaman.  Padahal banyak ahli sudah cerewet menyatakan, bahwa makanan siap saji sebaiknya lebih dihindari, karena dapat memperbesar risiko terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya, salah satunya adalah penyumbatan saluran darah yang dapat berujung kepada serangan jantung. Selain berkalori tinggi, makanan siap saji umumnya mengandung kadar garam yang tinggi, dan berpotensi menyebabkan hipertensi. Buntutnya, kolesterol jahat terpicu untuk tumbuh sehingga mencetuskan penyakit jantung. Penyakit kardiovaskuler tersebut, menurut World Health Federation, adalah biang keladi dari sekira 80 persen kemati

Ada Kulit Jeruk di Pecel Madiun

Eksplorasi pedas jejaklidah kali ini mencoba menjamah sisi tradisional negeri seribu pulau ini. Beberapa tulisan tentang menu sarapan pilihan sebagian besar warga Jawa Timur, pecel, akan coba diulas dalam jelajah lidah melalui blog ini. Penjelajahan dimulai dari satu tempat yang yang dikenal sebagai asal muasalnya makanan ini, walaupun dalam prakteknya, sudah banyak "penyimpangan" yang terjadi (makanya baca sampai tuntas dulu agar tahu). Pecel, rasanya tidak akan mudah dilepaskan dari kata madiun. Maka penjelajahan kali ini menuju langsung ke madiun untuk mencari jawaban pasti atas keberadaan pecel madiun ini. Pecel madiun, menurut Budi Prasetyo, memiliki ciri khas penggunaan turi, kecambah pendek, dan sambel pecel. Selain itu, ciri khas visual yang bisa ditemukan adalah pada cara penyajian yang selalu menggunakan daun pisang, dan cara menuangkan sambel pada racikan nasi dan kulupan. Nasi pecel madiun, mengutamakan kulupan, dan hanya mensyaratkan nasi. "Jadi, pecel madiu

Pastel daeng dan Tahu Fantasi bersaudara

Orang Bekasi, sejatinya sebagian besar berkomposisi pendatang. Salah satunya, pendatang dari makassar, yang kemudian menyediakan jajanan khas dari bumi Hasanuddin itu. Jelas ini keuntungan buat warga bekasi, karena tidak perlu jauh-jauh melancong ke pulau seberang sekedar menjelajah lidah, cukup di sekitar rumah saja. Bertolak dari bulan puasa tahun 2008 lalu, kala maghrib menjelang dan banyak penghuni kompleks perumahan yang "ngabuburit" sambil berburu penganan berbuka puasa. Tersebutlah pasangan suami istri dan mertua yang asal makassar ini yang menyajikan penganan khas makassar untuk hidangan berbuka puasa. Tak disangka, jejak rasa yang ditinggalkan penganan olahan mereka ini disukai para pembelinya. Pesanan mulai berdatangan, dan peluang ini ditangkap mereka sebagai peluang usaha. Setelah urun rembug, akhirnya mereka berspesialis pada penjualan Pastel ala makassar, yang dikenal di daerah asalnya sebagai ”jalangkote” dengan bandrol baru ” Pastel Daeng ” dan Tahu Fantasi. P

Pecel Gaya Baru Malam Selatan

Jejaklidah pernah menikmati jelajah lidah dengan melakukan perjalanan keliling Jawa menggunakan kereta api. Bukan kereta api yang eksekutif, namun justru kereta ekonomi yang murah meriah, berikut layanan mobile amatir beragam panganan yang hilir mudik dari gerbong ke gerbong, nyaris di sepanjang perjalanan. Salah satu menu yang sepertinya dapat dijumpai di sepanjang perjalanan adalah pecel. Oh ya, jejaklidah ketika perjalanan dari stasiun senen ini menumpang kereta ekonomi Gaya Baru Malam Selatan, yang bertujuan akhir di Stasiun Pasar Turi Surabaya, di gerbong No 2, bangku nomor 13A. Ketika kereta meninggalkan senen pukul 11.30, puluhan pedagang asongan hilir mudik menjajakan dagangannya. Namun baru dua jam kemudian, ketika perjalanan menuju cikampek, perut jejaklidah mulai berteriak minta diisi. Pilihan utamanya jatuh kepada ibu-ibu pedagang pecel. Dengan mengusung baskom penuh bahan2 pecel diatas kepala, beberapa ibu nampak menjajakan pecel gaya cikampek ini. Baru ketika dipangg

Keripik Setan van Perum 3

Pedas, menurut pustakawan jejaklidah, bukanlah segolongan rasa, tetapi ia merupakan sebuah sensasi yang ditimbulkan oleh zat pedas pada cabai. Hal ini dapat dianalogikan dengan makanan dengan suhu panas atau dingin. Jadi rasa pedas itu bukan terjadi pada salah satu indra khusus pedas di lidah, tetapi semua permukaan lidah dapat mengalami sensasi pedas ini. Nah, jejaklidah punya saran bagi mereka yang ingin ber eksperimen sendiri dengan makanan pedas, untuk membuktikan kebenaran paparan pustakawan jejaklidah tersebut diatas. Sarannya adalah, cobalah dua bungkus keripik perum3, yang harga per bungkusnya Rp. 500 saja. Mengapa hanya dua bungkus? ” Kalau lebih dari dua bungkus, lidah bisa kebas!” terang pak haji yang ditemui jejaklidah di rumah produksinya di perumnas 3 bekasi. ”Berhenti dulu, lalu 15 menit kemudian boleh nambah lagi dua bungkus!” lanjut pak Haji sambil tersenyum. Jejaklidah manggut-manggut mendengarkan tips cara makan kripik pedas perum3 ini, langsung dari pembuatnya. Ma

Kalau Bebek sudah Kesurupan

Apa saja menu makan siang favorit sebagian besar pegawai pemkot Bekasi? Rasanya tidak ada satupun dari kita yang mengira bahwa rasa pedas merupakan salah satu pilihan rasa yang disukai sebagian besar pamong praja kota Patriot. Kasak-kusuknya, menu yang konon asli dibuat oleh orang Bekasi ini, bisa bikin “kesurupan”, karena saking pedasnya. Maka meluncurlah team jejaklidah ke TKP, menyusuri sepanjang jalur kota lama Bekasi, Jl. Ir. H. Juanda Kota Bekasi (exit tol barat, belok kanan, lurus menuju arah stasiun bekasi) sampai nyaris mendekati terminal Kota Bekasi. One way traffic yang diberlakukan di jalur ini semenjak pukul 06.00 sd. 21.00 WIB, nyata-nyata tidak membuat gerah, karena rerimbunan pohon masih setia memayungi jalan. Lokasinya cukup mudah dijangkau, karena berada tepat di sebelah bank Bumiputera. Sayangnya, dari banner sign yang dibeber di halaman rumah makan ini, jejaklidah hanya menemukan tulisan Masakan Khas bekasi dalam ukuran cukup mencolok. Semakin dekat, jejaklidah baru